-->
Menu
/ /

"You can get a lesson from everything you did, everything you face, and from anywhere. All you should do is just...face it, accept it, and enjoy it. As simple as that."

Terima, hadapi, dan nikmati (Ifa 2013)

Hello! Let me tell u guys about my story, my experience a few days ago. Hmm...let’s say i’m not the lucky one. But...experienced is the best teacher, right?

Sorry for blaming it all, for seeking umh...in bahasa called, “kambing hitam”. Honestly, it’s my fault...for sure. *dan-akhirnya-gue-berani-mengakuinya* Gotcha!

Okey, jadi beberapa hari yang lalu gue menerima sebuah email dari artikelku berisi tawaran buat jadi freelance writer, berhubung ini emang passion gue, ya gue excited banget lah. Dan akhirnya gue pun ber-balas-balas sms ria dengan kontak artikelku ini, ditanya-tanyalah mau ikut trial apa nggak, ya gue bilang : IYA. Kejadiannya udah sore gitu, masih inget banget kalo nggak salah pas praktikum eco-punk. Deallah dan guepun menyetujui deadline yang udah dibuat. Time flies, sampai akhirnya gue menglami ya...mual-mabok-dan no idea. Can u imagine?  8 topik men dan nggak familiar sama gue, at least 4 topik lain yang mesti gue kerjain kurang begitu gue pahami. Singkat cerita deadline diperpanjang, i got an idea dan semuanya dalam proses pengetikan.

Friday, 22 Nov 2013 : 11.00 am Hello DEADline!!!
Sekitar jam 10-an gue udah nyampe kampus dan masih utang 3 tulisan lagi, FYI, 2 tulisan sih aslinya karena yang 1 udah on the way. Honestly, selama perjalanan ngampus gue udah kepikiran bakal nulis apa dan tinggal dituangin aja. Waktu terus berlalu, sampailah jam 10:55, ya gue udah ketar-ketir dan berusaha super selow. Toh ngirim email nggak pake lama ya kan?

And..you...know?

Saat itu gue setengah amnesia mengingat susah banget koneknya sinyal dramaga tercinta. Well, meskipun udah bawa modem sendiri dan nyari spot yang oke tetep aja kelewat deadline. Ba-ya-ngin dong, harusnya pas udah terkirim jam 11 ini malah ngaret sampai jam 11:19.

Mau nangis banget rasanya, hasil pemikiran semalaman yang juga bikin ambil jatah kelas MSDM hilang sudah begitu aja. I called it, useless. YAUDAH GITU AJA.

Sempet bete banget tapi yaudah-lah-ya. Akhirnya setelah dipikir-pikir ya salah gue juga. Hffftttt okey i lost my jooob.

Pelajaran banget dan udah janji sama diri sendiri nggak bakalan lagi kaya gini (lagi). Someday ya someday. Buat nggak jadi deadliners emang susah banget, bukan masalah bisa nggak bisa sih. Cuma ya mau nggak mau. That’s me. Si moody akut yang demen banget nge-deadline-nin apapun. Semoga cepet insaf ya!!! *wish2014*

Ini nggak ada maksud apa-apa loh, Cuma mau berbagi aja :):);) semoga dari pengalaman gue ini bisa diambil pelajarannya buat teman-teman yang lain. I always believe that everything happens for a reason, CHEEERRRSS!!! dan buat team artikelku, Thankyouusomuch buat kesempatannya!!! At least I know,  i’ve skill to write an article. Makasih ya atas pemberitahuannya kalo isi artikel dan bahasanya sudah lumayan bagus. Bakalan terus belajar lagi!!! *finger-cross* Ketjuup!

Okay, bye. Masih ada deadline yang menunggu gue dengan manisnya.

Luuuv!!!

Ifa
/ /

If being good is not enough, then, why shud stay? what shud I do? why shud survive?

Yayayayaya, dan berbagai macam kata-kata menari-nari dengan indahnya di otak gue.

Am I wrong?
And all I did is never being right?
Shud I being anybody else?

dan berbagai macam pertanyaan pun meluncur dengan derasnya.

NoNoNo. No matter what, I will always be myself.
I never try to being fake, I always try to give, to show the real me.
I always try for being independent, for making a tiny request, for cover everything by my self.
As long as I can....

X : lo nggak kecewa? nggak sakit hati gitu?
Y : Don't mention it. Sakitlah, sakit banget. Mati rasa sih yang ada kalo gini terus.
X : Terus lo diem aja gitu? Nggak mau coba ngomong atau semacamnya, like talk heart 2 heart?
Y : HAHAHAHA. Apa sih yang bisa gue lakuin? Toh dengan diam atau bicaranya gue nggak akan mengubah apapun


Percaya atau nggak, sering banget di otak gue berputar bermacam-macam dialog. Buat gue sih daripada gue teriak-teriak meluapkan kekesalan gue alias impulsive. Ya meskipun sering juga sih dilakuin. At least nggak bakal merugikan orang lain, kecuali gue sendiri. Gue tahu, kesedihan itu nggak bisa dihilangkan, tapi seenggaknya bisa dituangkan ke dalam kata-kata yang membentuk sebuah rangkaian. Okey, let's say i'm stranger. But, it works for me.

Bagi gue senggaknya ini bikin lega, daripada cuma bertumpuk dan menjadi ganjalan.

Curhat banget? YAUDAH SIH.

dan di postingan selanjutnya gue bakalan bikin #YAUDAHSIHmoment

Just wait and enjoy it.
Byeeee
/ /


SKS. Sistem Kebut Semalam, Sistem Kebut Sekejap, Sistem Kebut Semampunya.  Well, begitu banyak singkatan yang bisa kita dapatkan dari tiga huruf berjuta makna ini, SKS.

Have you heard it? Or maybe have you did it?

Di penghujung Oktober hingga awal November ini, secara serentak hampir di seluruh kampus di Indonesia baik negeri maupun swasta sama-sama melaksanakan pekan UTS yang tidak hanya menyita waktu, pikiran, emosi, dan tenaga, terutama waktu tidur kita. Selama menjadi mahasiswa, saya rasa sistem SKS yang saya paling parah saya jalani adalah tahun ini. Bayangin aja sob, tidur pas banget sebelum azan subuh dan jam setengah 6 udah mesti bangun lagi. Mata panda? Nggak perlu ditanya lagi. Ab-so-lute-ly­. Tapi penderitaan belum berakhir sob, hal termiris dari yang termiris adalah walupun udah begadang semalaman ternyata  masih aja mati kutu pas berhadapan sama soal. Oh no, lebay sih tapi nyata. Waktu pengawasnya bilang waktu habis dan mesti ngumpulin berkas jawaban ke depan rasanya kaki udah lemes banget dan serasa nggak berpijak. Muka pucat, mati gaya, mampet ide.  Call it ADK, Analisis Data Kategorik yang sukses  bikin saya patah hati akut.

Seperti kehidupan yang memiliki rasa pahit dan manis, nggak selamanya hasil dari SKS ini menyedihkan alias sometimes it’s unexpected, di luar nalar. Rasanya lebih menyenangkan dibanding ketemu dengan gebetan, ketika ujian ternyata soalnya pas banget dengan apa yang dipelajari saat begadang semalaman.  Love it damn much!  

Tapi yang seharusnya dan sebenarnya-benarnya sih prepare well dari jauh-jauh hari, dicicil bukan dikebut. Kalau kata anak gaul jaman sekarang sih, “da apa atuh gue mah cuma manusia biasa.” To be honest, budaya SKS sudah menjadi sebuah kebiasaan, terutama untuk mahasiswa.

Kata buku tulis favorit saya waktu jaman SD, experience is the best teacher. Harapan sih seperti itu, tapi berdasarkan fakta yang ada, lagi dan lagi pengalaman terutama pekan ujian dan SKS hanya menjadi janji klise di awal tahun ajaran baru.  Mahasiswa oh mahasiswa. Tampaknya fenomena mahasiswa dan SKS sudah sulit untuk dipisahkan, let’s say, kayak gula dan kopi. Sudah ditakdirkan untuk berjodoh kali ya?

Terlepas susah senangnya SKS yang kebanyakan sih duka dan super deg-degannya, saya yakin suatu saat nanti, setelah saya melepas status sebagai mahasiswa (2015, amiiin) momen-momen yang kayak gini yang bakalan bikin kangen dan bikin susah move on. Salam hangat teruntuk para pejuang SKS di luar sana, selamat berjuang syoob! Mari raih hasil setinggi-tingginya dengan dengan waktu belajar seminimal mungkin. Kalo di matkul manajemen sih, buatlah se-efektif dan se-efisien mungkin. Terakhir saya cuma mau bilang, jangan ngaku mahasiswa kalau nggak pernah nyicipin yang namanya SKS. Let’s try!

Jadi, sudah berapa gelas kopi yang dihabiskan malam ini?:)
Powered by Blogger.