-->
Menu
/ /
Hey, six!
Halo selamat malam!

Efek belum mood ngerjain tugas dan jadinya malah ngeblog. Nggak kerasa banget akhirnya gue udah fix banget jadi mahasiswa tahun ketiga. TAHUN KETIGA NIH! Semester 6 book!! Katanya kalau kita kelewat enjoy menjalaninya maka waktu yang berjalan pun menjadi tak terasa. Katanya loh ya...

Anyway, semester ini mesti berpuas sama 21 SKS. Jangan tanya kenapa karena ini udah alhamdulillah banget. Setelah perjuangan mengurus minor akhirnya tadi siang bisa ambil manajemen keuangan via krs B. Alhamdulillah ya...nggak sia-sia perjuangan bolak balik kesana kemari alias olahraga hari ini yang disponsori sama mengurus minor.

FYI, 21 SKS ini udah termasuk sama KKP.  Kuliah Kerja Lapangan alias ngendon di desa selama 2 bulan di bulan Juli nanti. I believe everything happened for a reason. Mungkin di semester ini gue emang ditakdirin sama yang di Atas buat bisa sedikit bernafas karena semua matkul di semester ini berpraktikum semua. Selamat ya Fah!

Terlepas atas semua yang terjadi gue cuma mau bersyukur aja dan semoga bisa enjoy menjalani dunia perkuliahan yang semakin keras ini HEHEHEHE.

semoga yang kayak gini nih bisa dikurang-kurangin

Hello! semoga kamu nggak cuma sekedar wacana ya! 
at least, ngerjain tugas termasuk belajar kan ya? :p

Nah, yang ini nih! semangat..semangat..demi masa depan yang lebih baik \:D/

Hey, six! baik-baik ya sama aku :D

Dear semangat semoga kamu bisa tumbuh terus ya, meskipun sekarang-sekarang aja masih mager semoga ke depannya udah on fire.

Semoga semester 6 ini IPK naik ya Allah....

amin ya Allah *ala-ala anak Mr Bob *

Bogor, 17 Februari 2014 22:22
di depan laptop, di temani TV yang menyala, ditengah usaha ngumpulin mood buat nugas


Cheers!

/ /
Pare Punya Cerita (1)

Sambil nulis sambil disponsori Kisah Sebentarnya Tulus. Dua minggu itungannya sebentar banget kan ya? Anyway sekalian mau #PrayForKelud semoga semuanya cepat kembali seperti sedia kala. Amiiin.

TARA! Ini masih pare punya cerita bagian pertama. So, tunggu aja ya kelanjutannya.

*********************************************************************************

Pare Punya Cerita : Mr Bob English Club

Have you heard about “Kampung Inggris” Pare?
Or....
Have you join course there?

Liburan kali ini, saya dan empat orang teman saya : Ica, Ira, Gina, dan Ulan mengambil kursus singkat selama 2 minggu di Kampung Inggris Pare. Berdasarkan rekomendasi teman kami yang pernah mengikuti kursus sebelumnya dan hasil browsing mbah Google, akhirnya kami memutuskan untuk memilih Mr Bob English Club. Psst Mr Bob punya akun twitter juga loh, namanya @MrBobPare. Mr Bob English Club membuka 2 periode kelas setiap bulannya, yaitu setiap tanggal 10 dan 25. Berhubung  kami baru memulai liburan tanggal 18 ke atas, maka kami memutuskan untuk mengikuti kursus di periode 25 Januari 2014.

Kata orang periode 2 minggu untuk menimba ilmu di Pare terlalu singkat, ternyata kami pun merasakan hal yang sama. Ya mau di katakan apa lagi, kampus kami tercinta memang sudah memulai lagi perkuliahan semester baru pada 10 Februari 2014.

Katanya sih kursus di sini paling casual di antara yang lainnya. Katanya sih....

So, here we go...

Saya dan ke-4 teman saya sampai di Pare pada tanggal 26 Januari 2014. Berhubung setiap weekend kegiatan kursus libur, maka kami sengaja menghabiskan liburan kami dulu di Malang sampai puas dan datang ke Pare sehari sebelum kursus dimulai. Begitu sampai di Pare, kami sempat terkejut dengan banyaknya tempat kursus berbahasa Inggris di sepanjang jalan ketika memasuki tempat “kampung inggris” berada.

Oh, pantesan namanya kampung inggris, dimana-mana tempat kursus bok, begitulah kira-kira yang terlintas di pikiran saya dan teman-teman saya.

Setelah melewati jembatan, tepatnya di Jalan Brawijaya, sampailah kami di office Mr Bob. Reaksi awal kami adalah shocked. Gile? Bakalan tidur dimana gue? Pasalnya foto yang kami lihat di website sangatlah berbeda dengan realita yang ada. Setelah proses registrasi yang cukup alot dan memilih program yang akan diikuti selama 2 minggu ke depan, kami pun segera menuju ke camp 7. Sebuah rumah yang akan menjadi rumah kami selama 2 minggu ke depan. Namanya Apple House, rumah bertingkat milik Bunda Izul.

Ternyata kami termasuk ke dalam peserta yang datang paling akhir alias mepet. Akhirnya saya dan Ira merelakan diri untuk tidur satu kamar berlima selama semalam. Untungnya keesokan harinya saya dan Ira sudah bisa berpindah kamar dan ternyata kami ditakdirkan untuk berada di dalam satu kamar. Satu hal yang membuat saya dan Ira shock adalah kami berada di kamar yang sama dengan tutor camp kami, Ms Ratih. OMG!

Pada awalnya Ms Ratih terlihat menyeramkan dan jutek. Peribahasa Don’t Judge The Book By The Cover berlaku untuknya. Setelah melewati  hari demi hari, kami malah sering bercanda, saling meledek, berbagi cerita, bergosip ria, dan ternyata Ms Ratih adalah pribadi yang lucu dan menyenangkan.

Tiga hari pertama di Mr Bob kami merasa homesick. Yap, kami masih butuh penyesuaian dengan lingkungan yang ada. Peraturan yang ada di camp mewajibkan kami menggunakan bahasa Inggris selama 24 jam, untungnya kami masih diberi kelonggaran untuk menggunakan bahasa Indonesia asalkan dengan aksen Cinta Laura.  Akibat homesick yang melanda kami, euforia Welcome Party yang diadakan untuk menyambut member baru dan Watching Movie alias Nobar belum berhasil menggugah hati kami untuk seutuhnya mencintai Pare.

Di sana, setiap paginya diadakan morning class dengan tutor camp, yaitu setiap pukul 5 sampai 6 pagi. Pagi banget? Tentu. Di sinilah momen yang membuat kami merasa kangen dan ingin kembali ke sana. Setiap paginya, kami memiliki alarm spesial selain alarm yang berasal dari ponsel kami masing-masing. Wake up....wake up.....begitulah suara khas nan cempreng dari Ms Ratih setiap paginya yang membangunkan kami dari tidur nyenyak. Di morning class, kami diajari berbagai macam expression dan diminta untuk membuat mini drama per kelompok dari expression yang tersedia.

Selain morning class kami juga wajib mengikuti night class yang dilaksanakan pukul 19.00 hingga 20.00 ,tapi ya namanya juga masih pra dewasa muda alias masih labil, kami pun mencoba yang namanya cabut kelas. Hasilnya kami mendapatkan poin dari Ms Ratih. Mumpung masih muda bandel-bandel dikit gapapa kan ya?

Kebetulan saya mendapatkan kelas jam 7 pagi. Jadi, setelah morning class berakhir, saya harus cepat-cepat bergegas untuk bersiap-siap sebelum kelas pertama saya dimulai. Oleh karena itu saya selalu nitip untuk dibelikan sarapan kepada Ira. Sebut saja Mama Yellow Rice, jadi di sekitar camp kami biasanya setiap pagi ada ibu-ibu penjual nasi kuning, nasi pecel, dan nasi campur yang menggunakan motor. Entah dari mana asal muasalnya ibu tersebut dipanggil dengan nama mama yellow rice. Harga makanan yang dijual pun cukup murah, yaitu 3.500 rupiah.

Berdasarkan tujuan utama saya dan teman-teman yaitu menghabiskan liburan, kami pun memilih kelas yang sesuai dengan kriteria kami yaitu having fun. Pilihan saya pun jatuh kepada speak up 2, tic talk, dan pronoun ½ (baca: pronoun half).

And the journey starts...

Kelas pertama saya adalah speak up 2 class, yaitu kelas speaking without thinking. Di sini kami diajari untuk berbicara dalam bahasa inggris tanpa perlu berpikir terlebih dahulu. Automatically, naturally, dan spontaneously. Tutor saya di kelas ini bernama @artaharta. Beliau masih tercatat sebagai mahasiswi Arsitektur Universitas Indonesia. Lucunya, tutor kami tidak mau disebut miss, kami harus memanggilnya sista. Kesan pertama yang saya dapatkan ketika melihat sista adalah serem dan jutek. Guess what? Saya  tertipu dengan kesan pertama saudara-saudara. In Fact, sista gokil banget, kocak, dan overload kreatifnya. Cihuuy,nggak salah pilih!

Di kelas ini setiap paginya kami memiliki morning conversation, yaitu membicarakan mimpi-mimpi yang kami miliki dengan tema berbeda setiap harinya yang dilakukan secara berpasangan. Selanjutnya akan ada stand up show dari masing-masing member yang diberi kesempatan untuk tampil di depan kelas selama 5 menit, temanya bebas, yang penting memiliki moral value dan pesan yang bisa diambil dari kisah tersebut. Terakhir, kelas dilanjutkan dengan bermain games secara berkelompok yang biasa kami sebut speaking with the power of imagination.  

Totalnya, ada 8 mimpi yang saya bagikan dengan teman-teman di kelas ini : Fashion Designer, pergi ke Paris, memiliki penyewaan motor dan mobil, internship di majalah dan media yang saya inginkan, lulus tepat waktu di 2015, hingga kriteria pasangan impian masa depan saya yang seperti apa hehehe. Bahkan, di sini kami ditantang oleh sista untuk menceritakan mimpi yang seharusnya bisa kami raih namun ternyata tidak bisa kami raih. Well, i choose dentist. Kenapa? Ya karena seandainya dulu saya usahanya pol-polan mungkin saya bisa meraihnya. 

Gara-gara kisah dokter gigi ini banyak teman-teman saya yang mendoakan saya jadi istrinya dokter gigi. Who knows? Aminin aja kali ya..

Kelas kedua saya adalah pronoun ½ (baca : pronoun half). Jika ditanya lesson favorit saya di kelas ini maka saya akan menjawabnya “American T. S dan t.” Nggak tahu kenapa tapi menurut saya keren aja gitu jika bisa mengucapkannya dengan benar, kaya di film-film luar maupun lagu barat. Di kelas ini kami diajarkan untuk berbicara bahasa Inggris ala bule. 

Belibet? Pasti. 

Susah? Apalagi. 

Kata Miss Raya, kalau mau sukses belajar pronunciation yang benar nggak usah malu untuk terlihat jelek. Total aja bro! Mau monyong-monyong kek nggak masalah karena poin pentingnya adalah bisa karena biasa. Melalui kelas inilah saya sadar bahwa dari SD sampai kuliah banyak sekali pengucapan bahasa inggris saya yang salahnya sangat fatal. Better late than never kan? Akhirnya saya pun sadar dan mengerti kegunaan tulisan mirip toge (phonetic symbol) yang terdapat di kamus oxford. Hehe, thanks Miss Raya!


Di foto ini kurang Fidel (yang entah kemana) dan Abe ( selaku fotografer)

Voila! Kelas terakhir saya adalah tic talk class yang dipandu oleh uncle. Sebenarnya saat pendaftaran kelas yang saya ambil adalah Go Go Talk. Berhubung tujuan utama saya ke Pare adalah liburan, maka saya pun memilih kembali kelas yang benar-benar membuat saya enjoy dan have fun. Ternyata memang saya nggak salah pilih. Di kelas ini kami prinsip bermain sambil belajar kerasa banget. Di mulai dari bermain heaven hell (melatih konsentrasi), sambung menyambung vocab, berlatih dengan imajinasi melalui gambar, sampai perang bedak antar member. Really miss that moment! Actually Uncle mukanya datar banget, tapi entah kenapa uncle selalu berhasil bikin kita semua tertawa terbahak-bahak dengan ceritanya. Psst disini juga banyak skandal dan dramanya loh.


Korban keganasan bedak 2014


Ini blur sih tapi lucu, hehe Ka Gilang jadi maskot duyung kelas kami

Awalnya saya dan teman-teman saya meragukan testimonial-testimonial yang terpampang di akun twitter MrBobPare, masa positif semua sih? Tapi setelah kami merasakannya sendiri, itulah yang memang terjadi. Too short to stay and too fast to end that happy course and amazing life.

Peraturan yang paling saya sukai disini adalah do mistake is a must dan don’t point-point. Hasilnya adalah kita jadi PD dan nggak takut untuk mencoba sesuatu, mulai dari mencoba speak full english sampai ngomong di depan kelas. Tadinya saya juga nggak percaya dengan waktu seminim ini dan dengan kemampuan yang terbatas ini, tapi ternyata memang begini adanya. Kalo kata iklan sih, trust me, it works.

Overall, kehidupan 2 minggu Pare saya sangat berkesan dan menyenangkan. Banyak pelajaran hidup yang bisa diambil hikmahnya. Kembali ke judul, Pare punya (banyak) cerita. Entah berapa lembar kertas A4 yang akan saya habiskan untuk menuliskan semua yang saya alami dan saya rasakan selama di Pare secara detail. Jika diberi kesempatan lagi untuk kembali ke Pare mungkin saya akan mengambil 3 program lagi : toefl, Go Go Talk, dan pronoun WOW.

Ya, siapa tahu sih....

Next Story ; camp, diary, pare’s life, friendship, hangout, tourism place, rumour, pare in love.

Tunggu postingan saya selanjutnya!












Powered by Blogger.